Apa Itu Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan karya ilmiah wajib yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa calon guru pada semester akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd). Walaupun ada beberapa program studi pendidikan yang tidak mengharuskan mahasiswa melakukan penelitian tindakan kelas misalnya penelitian eksperimen, penelitian fisik, penelitian sosial dan lain sebagainya, akan tetapi pada umumnya PTK menjadi karya ilmiah yang paling umum bagi calon guru di beberapa prodi, fakultas, institut, maupun universitas keguruan.
Selain mahasiswa calon guru, yang sudah jadi guru pun (terutama PNS) juga diwajibkan membuat karya ilmiah berupa PTK yang digunakan sebagai syarat mengusulkan kenaikan pangkat. Jadi perlu tetap dipahami dan tidak boleh dilupakan cara melakukan Penelitian Tindakan Kelas sewaktu jadi mahasiswa dulu.
Melaksanakan PTK menurut penulis sendiri termasuk sulit karena apabila metode atau model pembelajaran yang kita gunakan tidak berdampak pada perubahan hasil belajar misalnya, maka PTK kita gagal. Tujuan PTK pada umumnya adalah meningkatkan hasil belajar, meningkatkan aktivitas belajar atau intinya adalah membuat nilai menjadi meningkat.
Nah, agar PTK yang kita lakukan berhasil, maka kita harus melakukannya secara sistematis (teratur) agar tidak menimbulkan kesan asal dibuat-buat atau copy paste. Walaupun sebenarnya menurut penulis, copy paste tidak mungkin dihindari (banyak yang diambil dari internet) akan tetapi jangan sampai nama orang lain terpampang di PTK kita atau bahkan nama peserta didiknya adalah nama peserta didik dari sekolah pada PTK orang lain. Kalau sudah begitu, malu dong....jadi teliti dan jangan mengcopy punya orang lain, tapi copy lah teori yang menunjang PTK Anda, bukan hasil penelitiannya.
Tahapan Awal Yang Harus Dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a. Tahap Persiapan
1) Tentukan Sekolah, Kelas, Materi, Metode atau Model Pembelajaran
Pertama-tama, rencanakan dahulu sekolah mana yang akan dijadikan tempat penelitian. Jangan sampai nama sekolahnya tidak ada atau fiktif (hehe). Usahakan sekolah yang ingin dijadikan tempat penelitian adalah sekolah yang Anda kenal, tau alamatnya dan kalau bisa sudah mengenal guru atau kepseknya sehingga segala urusan administrasi nya gampang. Tapi itu berlaku bagi mahasiswa, kalau Bagi Guru yang sudah mengajar di suatu sekolah, gampang saja karena melakukan penelitian di sekolahnya sendiri.
Setelah instansi sekolah sudah fix, selanjutnya rencanakan materi di kelas berapa yang hendak dijadikan topik PTK. Biasanya disesuaikan dengan materi yang berlangsung di semester tersebut. Misalnya mau melakukan PTK di semester 2, tentukan lah materi (bisa juga per Kompetensi Dasar) yang ada di semester 2, artinya materinya belum dipelajari.
Alasan melakukan PTK pada materi yang belum dipelajari karena pada tahap awal kan kita melakukan pre test (test pra penelitian), jadi kalau kita mengadakan PTK pada Materi yang sudah dipelajari, mungkin nilainya akan bagus-bagus. Padahal kita mau membuat suatu Metode ataupun Model yang berusaha meningkatkan hasil belajar.
Setelah Materi, Kompetensi dasar yang ingin dijadikan PTK sudah ditentukan, maka tentukan metode, model yang cocok diterapkan pada materi itu. Setiap materi belum tentu cocok dengan satu model tertentu. Misalnya Model pembelajaran Picture And picture hanya cocok pada materi yang menggunakan gambar-gambar, tidak cocok untuk materi yang banyak teori misalnya. Biasanya dosen pembimbing mengarahkan metode atau model yang cocok digunakan.
2) Rancanglah Judul
Judul penelitian pastinya disesuaikan dengan hal-hal di atas misalnya "Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik pada Materi Tata Surya kelas X SMA N Indonesia TP. 2020/2021.
3) Tahap Pembuatan Proposal Penelitian
Proposal Penelitian adalah gambaran awal atau masalah penelitian yang akan diteliti/dilaksanakan, mulai dari Pendahuluan, Kajian Pustaka dan Metode Penelitian. Pada tahap ini sebelum mengadakan penelitian peneliti terlebih dahulu menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya perangkat pembelajaran.
Proposal ini biasanya dijadikan pertimbangan apakah penelitian itu layak dilaksanakan atau tidak tergantung dosen pembimbing dan sidang proposal. Proposal yang disetujui akan diberikan izin penelitian. Khusus untuk guru tidak perlu buat proposal lagi tentunya karena sudah mengetahui masalah di sekolah/kelas yang diajarnya.
4) Observasi Sekolah Tujuan
Setelah mengantongi permohonan izin penelitian, maka selanjutnya melakukan observasi ke sekolah dengan menunjukkan surat izin penelitian ke kepala sekolah. Seperti layaknya seorang tamu yang masuk ke rumah orang, kita juga harus sopan agar dilayani dengan baik di sekolah yang menjadi tujuan kita melakukan PTK. Ada mahasiswa yang ditolak suatu sekolah karena kesannya tidak seperti mahasiswa yang berpendidikan ketika mengunjungi sekolah yang jadi tempat PTK nya. Jadi kesan awal yang baik akan memperlancar urusan kita. INGAT, penelitian ini tidak dalam hitungan jam, bisa berlangsung 1 hingga 2 bulan, jadi tetaplah menunjukkan karakter yang benar agar nanti tanda tangan sebagai pelengkap administrasi kita lancar.
Desain (gambaran) Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam kelas secara bersama. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap hasil yang diperoleh dari setiap siklus sangat menentukan tindakan selanjutnya. Informasi yang didapat dari siklus pertama akan sangat menentukan apakah perlu dilakukan siklus berikunya. Tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan, 4) refleksi. (Arikunto, dkk. 2008)
 |
Siklus PTK : Jika Siklus I gagal maka dilanjut ke siklus nberikutnya sampai mencapai ketuntasan klasikal |
1) PerencanaanMasuklah ke kelas dan perhatikan bagaimana cara guru mengajar. Kita perlu mengamati proses pembelajaran serta berdialog dengan guru. Adapun tujuan dari perencanaan ini adalah memberikan gambaran bagi peneliti mengenai karakteristik siswa sebelum diberi tindakan, teridentifikasi masalah dalam pembelajaran, memberikan gambaran kepada guru sebagai upaya dalam mengatasi permasalahan pembelajaran selama ini, gambaran bagi siswa mengenai model atau metode pembelajaran yang akan diterapkan.
2) Tahap tindakan
Tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep peserta didik serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya strategi pembelajaran. Hal-hal yang dilakukan adalah melakukan kegiatan pembelajaran, dan menerapkan model/metode belajar sesuai judul (dalam hal ini misalnya kita pakai model discovery learning) . Hasil yang didapatkan adalah terlaksananya proses belajar-mengajar dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.
3) Tahap Pengamatan
Hal-hal yang harus diamati peneliti dalam melaksanakan tindakan, yaitu mengamati sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran serta keterampilan yang nampak dari siswa seperti bertanya, menjawab dan memberikan tanggapan. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dengan bantuan observer adalah sebagai pengamat untuk melakukan pengamatan dan mencatat hal apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung dengan model pembelajaran discovery learning. Hasil yang didapatkan yaitu teridentifikasi sikap dan keterampilan siswa.
Catatan : Kita perlu membawa teman guru minimal 2 orang sebagai observer (pengamat) ketika melaksanakan proses belajar mengajar karena mengamati jumlah siswa yang banyak tidak mungkin dilakukan oleh seorang guru saja. Selanjutnya observer juga bisa membantu dokumentasi.
4). Tahap refleksi
Pada tahap ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat serta mengidentifikasi kelemahan dari setiap siklus. Dalam tahap ini peneliti melakukan analisis hasil belajar serta memperbaiki kelemahan untuk siklus berikutnya.
Nah untuk mengumpulkan data-data selama pelaksanaan penelitian, dalam metodologi (metode) penelitian sudah ditentuka caranya sebagai berikut :
Pengumpulan dan Analisis Data
Untuk menghasilkan suatu kesimpulan, maka data-data harus dikumpulkan dan diolah. Data-data siswa yang diperlukan misalnya nama dan nilai-nilai baik individu maupun kelompok mulai dari sikap, pengetahuan dan keterampilan.
a. Teknik pengumpulan data
1. Langsung
a). Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk melihat kompetensi sikap dan keterampilan siswa selama proses pembelajaran. Sikap yang diamati antara lain sikap spiritual yang ditunjukkan dengan sikap menghargai ajaran agama yang dianutnya. Selanjutnya sikap sosial yang mencakup kejujuran, kedisiplinan, semangat belajar, toleransi, gotong royong/kerjasama, santun, percaya diri. Keterampilan diamati saat mempresentasekan hasil diskusi kelompok dalam LKS.
2. Tidak Langsung
a) Tes TertulisTes yang diberikan yaitu post test untuk mengetahui kemampuan siswa setelah melakukan tindakan. Adapun bentuk instrumen soal yang digunakan adalah pilihan ganda yang telah divalidkan di kelas lain yang telah terlebih dahulu menyelesaikan kompetensi dasar yang akan dijadikan penelitian. Soal pos tes terdiri atas 15 soal yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kerja siswa (LKS) digunakan untuk mengetahui kompetensi
pengetahuan selain pos tes. Adapun yang dinilai dari lembar kerja siswa dari
segi pengetahuan adalah kemampuan siswa dalam menggali informasi dari berbagai
sumber untuk menjawab masalah yang disajikan dalam LKS. Hal ini sesuai dengan
model Discovery Learning dimana siswa
dalam kelompoknya dituntut untuk memberikan bukti dari jawaban sementara
tentang masalah dalam LKS.
Selain melihat kompetensi pengetahuan, sikap sosial
juga dinilai saat siswa dalam kelompoknya mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Pengamat (observer) akan membantu mengamati sikap siswa saat berdiskusi. Hasil
Lembar Kerja Siswa diberi bobot 40% dan dipadu dengan hasil pos tes 60%. Nilai LKS merupakan nilai kelompok karena
dikerjakan dengan diskusi kelompok. Nilai masing-masing siswa disesuaikan
dengan nilai kelompok sebagai bagian dari kompetensi pengetahuan.
b. Teknik Penentuan Validitas dan Reliabilitas Tes
1) Validitas Tes
Untuk
menentukan validitas tes, digunakan rumus Korelasi Product Moment (dapat dilihat di gambar bawah)
Keterangan :
rxy : koefisien Korelasi
X : Skor Soal
Y : Skor Total
N : Jumlah Sampel
Untuk mengetahui valid atau tidak validnya suatu soal harus mengetahui nilai koefisien (r) dimana :
- Valid bila harga r hitung (rh) ≥ r tabel (rt)
- Tidak valid bila harga r hitung (rh) < r tabel (rt)
2) Reliabilitas Tes
Uji reabilitas menggunakan rumus KR-20. Dimana rumus ini dapat digunakan untuk jumlah soal ganjil maupun genap (Rumus Pada gambar di bawah)
Keterangan :
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
Sigma pq= jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah alat ukur varians)
 |
Rumus Korelasi Product Moment dan R-20 |
c. Teknik Analisis DataData yang dikumpulkan pada setiap kegiatan dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriptif. Penelitian dimulai dan dikembangkan dalam proses refleksi sampai ke penyusunan laporan penelitian. Ada dua pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini digunakan saat mengamati kegiatan-kegiatan siswa selama proses pembelajaran dengan discovery learning sedangkan angka-angka hasil perhitungan yang diperoleh menggunakan pendekatan kuantitatif (data kuantitatif diperoleh dengan mengubah data kualitatif menjadi kuantitatif) digunakan untuk mengetahui besarnya presentase sikap, keterampilan dan ketuntasan belajar siswa setelah menerapkan
Discovery Learning. 1) Data Kualitatif Merupakan data yang berupa informasi yang memberikan gambaran sikap siswa dalam proses belajar mengajar dengan menganalisis kelakuan siswa dalam proses belajar mengajar terutama dalam diskusi dan presentasi kelompok. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi : sangat baik, baik, cukup baik, dan tidak baik (kurang).
Penilaian sikap untuk setiap peserta didik dapat menggunakan rumus berikut
Nilai Sikap = Jumlah skor / Skor maksimal x 4
Sesuai Permendikbud No 81A Tahun 2013 peserta didik memperoleh nilai adalah :
Sangat Baik (SB) : apabila memperoleh skor 3,33 < skor ≤ 4,00
Baik (B) : apabila memperoleh skor 2,33 < skor ≤ 3,33
Cukup (C) : apabila memperoleh skor 1,33 < skor ≤ 2,33
Kurang (K) : apabila memperoleh skor skor ≤ 1,33
2) Data kuantitatif Data kuantitatif merupakan nilai hasil belajar siswa yang menganalisis secara deskriptif yakni dengan mencari nilai rata – rata tes dan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. dan suatu kelas dikatakan tuntas terhadap suatu materi pelajaran jika skor rata-rata kelas tersebut mencapai 85%.
a). Ketuntasan Individual
Untuk memberi skor terhadap hasil belajar pos tes siswa, penugasan dan nilai LKS menggunakan tes berbentuk pilihan ganda (untuk pos tes) dan uraian (untuk LKS dan penugasan). Untuk menghitung persentase penguasaan siswa terhadap materi pelajaran digunakan rumus :
DS = Skor yang diperoleh siswa / skor maksimal x 100%
( Arikunto : 2008 )
Keterangan :
DS = Daya Serap
Hasil belajar secara individual merupakan rata-rata dari nilai LKS, nilai keterampilan (portofolio), nilai tugas (PR) dan nilai pos tes.
Nilai Akhir = (40%LKS + 60% PT) : 100
(Desesuaikan dengan bobot penilaian sekolah dan KKM)
b. Ketuntasan Klasikal
Dari uraian diatas dapat diketahui ketuntasan secara keseluruhan dengan rumus:
D = X/N x 100%
( Arikunto : 2008 )
Keterangan :
D = Persentase ketuntasan belajar klasikal
X = Jumlah siswa yang telah tuntas belajar
N = Jumlah seluruh siswa.
Berdasarkan kriteria ketuntasan klasikal belajar, jika di kelas tersebut telah terdapat 85% siswa yang telah mencapai daya serap memenuhi KKM, maka ketuntasan klasikal secara keseluruhan telah tercapai. Hasil observasi aktivitas belajar siswa, keterampilan siswa dalam melakukan diskusi selama kegiatan belajar mengajar dianalisis dengan deskriptif.
Tambahan : Sebagai dasar untuk memanajemen waktu saat penelitin, peneliti menyusun jadwal yang terperinci sebagai dasar pelaksanaan penelitian ini. mulai dari Observasi hingga seminar hasil
Seminar Hasil
Jika Tujuan Penelitian telah tercapai yang ditunjukkan dari meningkatnya hasil belajar peserta didik sesuai ketentuan (85%), maka penelitian berhasil dan dihentikan. Apabila belum berhasil, maka PTK dilanjutkan ke sesi selanjutnya. Bisa saja PTK hanya 2 sesi sudah terjadi peningkatan hasil belajar jika metode/model dilaksanakan dengan benar.
Selanjutnya tinggal menyusun hasil penelitian dan membuat tabel-tabel hasil penelitian sebagai bukti adanya peningkatan. Akan lebih baik lagi jika dibuat diagram/grafiknya sehingga pembaca gampang melihat perubahan atgau peningkatan dari awal sebelum dilakukan metode/model pembelajaran dan setelah dilakukan metode/model pembelajarannya.
Itulah sekilas tentang bagaimana cara dan langkah-langkah melaksanakan PTK. Semoga dapat menjadi pedoman khususnya bagi mahasiswa calon guru yang ingin menyusun skripsi.
Mungkin saja langkah di atas berbeda-beda tergantung Prodi atau Universitas. Akan tetapi pada intinya sama dimana PTK dilaksanakan sesuai siklus yang ada pada gambar 1 di atas karena sudah sesuai dengan pendapat para pakar pendidikan. semoga bermanfaat, Salam...
Daftar Pustaka (Referensi)
Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi
Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, dkk.2008. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Astuti. 2014. Penerapan model discovery learning
dalam pembelajaran IPS terpadu pada
siswa kelas VII SMP Negeri 3
Colomadu tahun ajaran 2014/2015. http://eprints.ums.ac.id/34435/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf. Online. Diakses
03 Desember 2015.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Gusmalia, dkk. 2015. Penerapan Model Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi. jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/.
Online.
Diakses 03 Desember 2015.
Handayani S, dkk. 2013. Peningkatan Aktivitas Dan Kreativitas
Belajar Geografi Dengan Menggunakan Model Discovery Learning. http://www.e-jurnal.com/2015/01/penerapan-model-discovery-learning.html.
diakses 03 Desember 2015
Hudojo, Herman.1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Istiqomah,
dkk. 2013. Penerapan model discovery learning untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar geografi pada materi pemanfaatan lingkungan
hidup Kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan Di SMA BATIK 1 Surakarta Tahun
Ajaran 2013/2014, (Online).(http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.
php/geografi/article/download/ 4298/3143.
Diakses 03 Desember 2015).
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No.81A tentang Implementasi
Kurikulum. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud. 2014. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.
Kemendikbud. Jakarta.
Nana Sudjana. (2002). Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2005. Berbagai
Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sardiman. 2011. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Suryabrata, Sumardi.
1984. Interaksi dan motivasi belajar.
Yogyakarta : pustaka
bani
Slameto. 2003. Belajar dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta
Komentar