Langsung ke konten utama

Cerpen Inspirasi : OMBUS-OMBUS SI BALETA

Ombus-Ombus si Baleta: Kue Penghapus Nelangsa

Konon di sebuah Desa di Kabupaten Dairi, Sumut bernama Juma Petak 'Nabalau' terkenal seorang pembuat lappet atau ombus-ombus (sejenis kue dari tepung ketan) yang amat masyur. Namanya adalah Baleta (maaf jika lancang).
Lappet Ombus-ombus, kue tradisional Batak (cookpad.com)
Beliau mungkin sekarang sudah tiada, tapi lagu tentang lappet si Baleta masih terngiang di telinga Jakolet hingga dewasa kini. Dulu sejak kecil, nama itu selalu muncul ketika omak (mama) membuat lappet. Begini liriknya :
Apabila sentosa, lappetni si Baleta
Margula sakka di tonga-tonga
Amang tabo nai

Kalau diartikan kira-kira begini :
Apabila sentosa, lappet buatan Baleta
Ada gula kelapa di tengah-tengahnya
Aduh enaknya

Lagu itu sering dinyanyikan Jakolet dengan adik dan abangnya ketika kecil sehingga mengingatkan memori masa kecil yang tak punya beban pikiran, berbeda seperti saat ini.

***
Sejak kecil, Jakolet sudah terbiasa hidup susah. Ditinggal sang bapak di usia 10 tahun, membuatnya seakan tak mengenal bagaimana indahnya hidup dalam rangkulan sang pemimpin, sang pengayom dan sang penjaga anggota keluarga.

Ketika ia menginjak kelas 4 SD di tahun 1999, duka itu datang bagaikan mimpi. Disaat Omak (sebutan untuk ibu) sudah bersusah payah sekuat tenaga dan materi untuk kesembuhan bapak, ternyata Ia nampaknya sudah bosan melanglangbuana di panggung sandiwara ini. Ia pun pergi tanpa pamit meninggalkan 10 orang bersaudara yang masih bertarung melawan ngeri nya dunia kemiskinan.

Kardepel, adiknya Jakolet yang masih kelas 1 SD kala itu mungkin orang yang paling terpukul. Ya memang ia belum mengerti sepenuhnya apa arti sebuah duka. Ia masih anak kecil yang belum paham bagaimana beratnya kehilangan sang bapak tercinta. Tapi dialah yang akan menjalani hidup yang serba susah karena kehilangan pencari nafkah di keluarga itu. Maklum dia masih kecil dan masih bergantung pada hasil kerja keras orangtua demi sesuap nasi dan pendidikannya kelak.

Keluarga Jakolet adalah keluarga petani miskin dengan sejengkal tanah di sebuah Desa Jumapetak. Dulu di zaman oppung (leluhur) tanah itu lumayan luas. Konon leluhur dari Bapaknya Jakolet adalah tuan tanah di Desa itu. Jadi tanah kebun dan sawah yang dimiliki Bapaknya Jakolet adalah warisan dari oppung (leluhur) yang menjadi hak anak laki-laki satu-satunya yaitu bapaknya Jakolet. Namun karena terlilit utang dan banyaknya kebutuhan, tanah itu lama kelamaan tergadai dan tinggal sejengkal tak berbatas.

Hidup di zaman itu memang susah, apalagi saat-saat Krisis moneter sangat terasa bagaikan tsunami yang mengoyak-ngoyak jiwa keluarga Jakolet ketika itu. Saat itu 7 orang dari kakak/abangnya Jakolet sudah merantau jauh dan sebagian sudah berumah tangga. Jadi yang tinggal di rumah adalah Omak, Jakolet, abangnya bernama Sitali Mommon dan adiknya Kardepel. Duka lara, hidup serba susah, dan rumah yang reot menjadi komplit disaat masa kecil Jakolet.

Tapi namanya anak-anak, belum terpikirkan bagaimana hidup susah. Di zaman itu, Jakolet tetap enjoy dalam hidupnya, bermain kesana kemari tak ada beban pikiran, makan makanan tak bergizi hingga badan kurus kering.

Saat itu belum ada terpikir bagaimana sebenarnya duka jadi orang miskin. Yang penting di rumah masih ada ikan hasiperak (sejenis ikan bersisik) atau ikan kepala batu yang sudah beraroma tak sedap (sengaja dibeli Omak karena murah) yang dibakar di arang dan dipadu dengan nasi hangat atau ubi kayu rebus. Belum lagi kepala ikan dilarang dibuang. Sisa kepala ikan itu juga ditumbuk dengan cabai kalau ikannya sudah habis. Semua terasa nikmat.

Beranjak ke SMP, Jakolet baru benar-benar mengerti bagaimana hidup susah. Setiap hari Omak pergi ke ladang, Jakolet dan Abangnya pergi ke sekolah dengan uang Rp.500,- untuk ongkos pergi naik angkot. Artinya ia pasti pulang jalan kaki karena ongkos angkot anak sekolah sekali jalan ketika itu Rp.500,-.

Jakolet tanpa jajan sepeser pun ke sekolah. Sesekali kalau bangun cepat, ia berjalan kaki pergi ke sekolah dan uang yang seharusnya jadi ongkos angkot ia sisihkan di celengan bambu buatannya sendiri, bukan untuk uang jajan. Celengan itu terkadang dibongkar kalau ada kebutuhan mendadak seperti keperluan alat-alat sekolah dan buku.

Saat jam istirahat, adalah hal paling memilukan kala itu bagi Jakolet. Teman-temannya rata-rata adalah dari keluarga orang berada. Uang jajan minimal Rp.5000,- ada di kantong mereka. Jadi saat jam istirahat, ia hanya duduk diam di tempat duduk anak-anak mokol (sebutan orang tak punya uang kala itu) yaitu di samping sekolah atau di bawah pohon.

Sesekali ia punya teman mokol juga. Kala itu ada temannya dari Kampung Karing sebut saja namanya Bunga,eehhh Sahara (bukan nama asli). Dia lah yang membuat hari-hari di sekolah terasa bermakna. Tapi kalau Sahara tidak datang, maka ia sendiri lah yang duduk di tempat itu, tempat anak mokol menunggu bel berbunyi.

Saat pulang sekolah bagi Jakolet juga paling menggembirakan kalau pulang dengan Sahara. Kebetulan Sahara adalah berasal dari Kampung yang terkenal anak sekolah dengan kecepatan berjalan kaki yang tinggi yaitu Kampung Karing namanya. Sahara juga punya teman sekampung yang bernama Saper dan Sakkot. Jadi pulang bareng mereka membuat suasana terasa beda, seperti minum Le mineral, ada manis-manisnya gitu. Hehe

Di perjalanan pulang sekolah, Jakolet, Sahara, Saper dan Sakkot berjalan beriringan dengan kecepatan tinggi. Maklum jarak kampung tema-teman Jakolet itu 10 x lipat dari rumah Jakolet. Jarak rumah Jakolet ke sekolah sekitar 5 km. Jadi supaya tidak ketinggalan angkutan pedesaan, mereka harus buru-buru ke terminal.

Tetapi memang khusus di Hari jumat dan Sabtu mereka berjalan kaki sampai ke Kampung Karing karena pada hari itu memang pulang sekolah lebih cepat.

Dalam hati Jakolet selalu berkata,"mereka saja rumahnya lebih jauh bisa jalan kaki, kenapa saya tidak".
Hal itu dijadikannya motivasi hingga semangat berjalan setiap pulang sekolah.

Kalau saat pulang sekolah kebetulan turun hujan, Jakolet tetap pulang jalan kaki. Di dalam tas usangnya yang berbekas jahitan tangan benang putih itu, telah disiapkan payung berlipat kecil untuk berjaga-jaga kalau hujan turun.

Kadang ia tertunduk lesu sambil berjalan, ketika angkot berpintu belakang khas kota Sidikalang (sudako) lewat dan membawa anak-anak sekolah yang menatapnya serentak. Jujur mungkin ia sangat malu dan hampir menangis. Tapi ia tetap berjalan menunduk sambil menurunkan payung agak ke bawah agar tidak ada temannya yang melihatnya berjalan sendirian.

Sudako (angkot khas Sidikalang) (Sumber : Birgaldo Sinaga)
Sesekali ia angkat payung itu berharap anak-anak sekolah terutama yang mengenalnya yang naik angkot sudah lewat semuanya. Ia berjalan secepat mungkin berharap secepatnya kabur dari tatapan-tatapan anak sekolah yang duduk nyaman di angkot sambil dengar lagu kesayangan mereka. 

Sebenarnya ia bukan malu karena miskin. Ia hanya merasa malu karena mau hujan mau cerah tetap saja teman-temannya melihatnya jalan kaki kalau pulang. Apalagi membawa payung, imej laki-laki serasa gimana gitu. Apalagi yang melihat dari angkot itu perempuan, cantik lagi. Aduh mau taruh dimana mukanya.

Terkadang juga ada teman-teman yang naik motor, ada yang dijemput ortunya. Sedangkan Jakolet menikmati hujannya. Ia tetap mengingat pesan Omak "Unang maila Pogos" artinya jangan malu karena miskin. Malu lah kalau kamu mencuri atau berbuat salah.
Jangan malu karena miskin. Malu lah kalau kamu mencuri atau berbuat salah.
Kadang ia lupa melipat payung yang sudah kering semalam dan memasukkan ke tas. Jadi ketika esok hari hujan turun lagi, mau tak mau ia harus menembusnya tanpa ada payung. Tas berisi buku ia bungkus dengan plastik bekas dan dimasukkan ke kemeja. Kalau hujan begitu deras, ia sempatkan singgah di teras-teras rumah di pinggir jalan. Sambil menunggu agak reda dan berlari lagi hingga sampai ke rumah.

Sesampainya di rumah, Jakolet sudah menemukan Adiknya Kardepel karena SD pulang duluan. Kadang Sitali Mommon juga sudah duluan, kadang tidak. Soalnya Sitali Mommon beda sekolah dengan Jakolet. Mereka akan meracik makanan ala kadarnya dengan aroma ikan asin bakar Hasiperak yang sudah menjadi makanan langganan di rumah papan itu. Kadang ada pertengkaran diantara mereka, wajarlah kakak beradik memang begitu.

Dalam mengarungi pendidikan, Sitali Mommon sudah terpengaruh dengan anak-anak nakal sehingga akhirnya Sitali Mommon putus sekolah disaat Kelas 2 SMP. Saat itu Jakolet kelas 1 SMP. Omak berusaha membujuknya sekolah tapi ia telah mempergunakan uang SPP ketika itu untuk bermain video game di warungnya "Sture" yang tenar kala itu. Akhirnya Omak pun tak mampu lagi membujuknya sekolah hingga jadi pengangguran.

Jakolet dan Adiknya Kardepel, masih tetap sekolah walaupun Sitali Mommon yang seharusnya jadi pemberi contoh sudah putus sekolah karena kenakalan remaja. Jarak sekolah Kardepel lumayan dekat ke rumah (jalan kaki 20 menit) jadi ia juga tanpa sepeser uang pun berangkat ke sekolah. Itulah derita yang dialami Kardepel sama seperti abangnya.

Ekonomi kurang mampu membuat Jakolet terkadang termenung. Sepulang sekolah ia sering duduk sambil menatap seekor "Pinahan Lobu" alias B2 yang dipelihara di kandang belakang rumah. 
Tapi tidak terlalu mengarah ke pikiran orang dewasa yang mendambakan kekayaan. Ia hanya mendambakan makanan enak, dan Omaknya punya uang untuk memberi jajan sesekali.

Ia hendak membantu mama nya ke ladang tetapi jarak yang cukup jauh harus ditempuh dengan angkutan malah memberatkan biaya dari segi ongkos. Lagian Jakolet bukannya orang yang pekerja cepat. Ia orang yang lemah dan kurus jadi akan rugi kalau pergi ke ladang dengan ongkos angkutan dan hanya setengah hari. Akhirnya Omak hanya menugaskannya memberi makan ternak sedangkan saudaranya punya tugas lain sepulang sekolah.

Kesulitan ekonomi berlangsung hingga Jakolet SMA. Hingga ia lulus tidak ada niatan untuk kuliah karena memang harus tau diri atau dalam bahasa batak disebut "Siboto Magona". Ia tak mungkin menjadi anak kuliahan karena membeli ikan asin berkualitas baik pun Omak nya tak sanggup apalagi biaya kuliah.

Akhirnya ia putuskan menganggur selama setahun. Selama menganggur, ia makin merasakan pedihnya hidup susah. Ia harus bangun pagi-pagi untuk pergi ke ladang dengan Omak. Sesekali ia merasa malas tapi tetap berjuang melawan malas itu demi kemajuan ekonomi keluarga. Saat itu adiknya Kardepel sudah SMA dan Abangnya Sitali Mommon sudah merantau.

Karena begitu susahnya ekonomi, ketika itu tangan Jakolet tersayat parang amat dalam ketika menyiangi rumput di sawah. Terlihat daging telapak tangannya menganga dengan darah yang menetes deras. Namun karena terbayang banyaknya biaya untuk berobat, ia tidak mau dibawa ke puskesmas walaupun Omak sudah sangat khawatir dan membujuk untuk berobat. Ia membayangkan biaya berobat melebihi hasil yang mereka dapat 1 minggu, belum lagi ongkos angkutan.

Karena tidak mau dibawa berobat, akhirnya Omak memberikan obat bawang merah tumbuk dan dibungkus kain ke luka itu. Memang sangat sakit dan membuatnya demam berminggu-minggu. Tetapi dengan kekuatan dan keyakinan kuat, luka itu perlahan sembuh dan ia sehat kembali.

Tuhan memang baik. Disaat-saat Jakolet menganggur dan membantu Omak ke ladang, hasil panen padi mereka mendadak melimpah. Ditambah lagi tanaman kopi ateng 'Sigarar Utang' (pembayar utang) yang juga ditanam di sepetak kebun nampaknya akan panen raya.

Hingga perlahan sebagian tanah yang telah digadaikan semasa hidup sang Bapak, sudah bisa ditebus sehingga yang selama ini harus memberikan sewa/pajak ke pada penggadai, setelah ditebus sebagian sudah berkurang pemotongan sewa nya.
Tuhan akan memberi jika kita meminta dengan tulus Ikhlas
Bersyukur juga Jakolet punya seorang Omak yang pekerja keras, banting tulang demi anak-anaknya. Terkadang Jakolet termenung di pematang sawah melihat Omak yang bekerja tanpa henti sementara ia sudah lelah. Memang Omak itu juga telah merasakan beratnya hidup susah semasa kecilnya dulu sehingga Ia selalu bekerja keras dan berdoa agar anak-anaknya tidak merasakan yang ia rasakan. Minimal anaknya berpendidikan, itu yang dicita-cita kan nya.

Kalau bukan karena kerja keras sang Omak yang sudah janda itu, mungkin biaya untuk beli sebatang pensil pun tidak akan ada uang. Betul kata lirik lagu ciptaan SM.Mochtar "Kasih ibu kepada Beta, tak terhingga sepanjang masa".
Kasih ibu kepada Beta, tak terhingga sepanjang masa
Pertanian padi pun berlanjut, rejeki hasil panen melimpah itu ternyata berlanjut juga selama 1 tahun, hingga akhirnya Jakolet berani mencoba peruntungan dengan mengikuti SNMPTN setahun setelah menganggur.

Ternyata Puji Tuhan, ia lulus di sebuah Universitas Negeri di Kota Metropolitan Medan walaupun jurusannya tidak sekeren cita-citanya dulu. Tapi itu harus disyukuri dan beruntung hasil panen padi yang selama setahun melimpah itu, disisihkan oleh Omak sehingga bisa dipakai untuk uang awal kuliah yang lumayan besar. Dan akhirnya Jakolet pun kuliah. Tetapi semasa kuliah masih banyak kisah nelangsa yang dialaminya.

Di tengah-tengah kebahagiaan dan Syukur kepada Tuhan, Jakolet dan adiknya Kardepel tidak sungkan-sungkan meminta Omak untuk membuat kue kukus tradisional Batak yang bernama Lappet (ombus-ombus). Kebetulan Omak sering juga menanam padi beras ketan jadi disaat panen dan padinya sudah digiling jadi beras, membuat Ombus-ombus (Lappet) adalah suatu momen yang sangat ditunggu-tunggu. Apalagi kalau Omak bercerita tentang "Lappet ni Si Baleta, Margula Sakka di tonga-tonga, amang tabo nai".
Lappet ni Si Baleta, Margula Sakka di tonga-tonga, amang tabo nai
Just an Inspiration by M.R. Sihombing
Salam Mariadi.my.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menentukan Letak Astronomis suatu Wilayah pada Peta

Letak atau Lokasi suatu wilayah berdasarkan lintang dan bujur disebut dengan letak astronomis. Garis Lintang 0 0 disebut dengan garis Khatulistiwa (equator) yang membagi bumi menjadi bagian utara yang disebut dengan Lintang Utara (LU) dan bagian selatan yang disebut dengan Lintang Selatan (LS). Garis lintang menjadi dasar pembagian iklim yang didasarkan pada sudut datang matahari, sedangkan garis bujur 0 0 yang berada di kota Greenwich membagi belahan bumi menjadi belahan bumi Barat yang dikenal dengan Bujur Barat (BB) dan belahan bumi Timur yang dikenal dengan Bujur Timur (BT). Garis bujur 0 0 yang dipergunakan sebagai dasar pembagian waktu di berbagai wilayah (negara). Garis lintang dan bujur merupakan garis khayal artinya kita tidak menjumpai garis ini secara nyata di bumi. Garis Lintang kenampakannya horizontal, sedangkan Garis Bujur kenampakannya vertikal pada peta atau globe. Berdasarkan konsep Geografi, letak/lokasi terbagi dua yaitu letak absolut dan letak relat...

Menentukan Perbedaan Waktu antar Wilayah di Muka Bumi

Salam Geografi!! Saudara sekalian pasti pernah menonton siaran bola liga Inggris, Liga Spanyol atau Liga Eropa lainnya pada saat malam atau dini hari bukan?. Nah kalau kita bayangkan mengapa mereka main bola saat malam larut atau disaat kita di Indonesia sudah tertidur. Tentunya sebagai orang yang telah mempelajari geografi, tidak akan merasa heran lagi atau sudah memahami mengapa demikian. Bagi orang awam mungkin saja mereka berpikiran kalau memang pertandingan itu memang dilaksanakan pada jam saat menonton di Indonesia, padahal mereka itu main bola pada saat sore hari atau bukan larut malam. Dasar teorinya adalah Eropa berada pada belahan bumi Barat, sedangkan Indonesia berada pada belahan bumi Timur. Sehingga kalau di Indonesia malam hari, kemungkinan di Eropa Siang hari, demikian sebaliknya. Pada Postingan sebelumnya yaitu "menentukan letak astronomis suatu wilayah pada peta", telah disinggung mengenai garis lintang dan bujur.  Garis bujur menjadi dasar pembe...

Mengubah Skala Garis Menjadi Skala Angka

Topik tentang skala merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah peta. Gambaran permukaan bumi yang relatif luas dapat digambarkan di sebidang kertas karena diperkecil dengan menggunakan skala tertentu, tergantung berapa kali luas yang sebenarnya diperkecil dan seberapa besar peta yang akan digambar. Semakin kecil peta yang akan digambarkan maka skalanya akan semakin besar, demikian sebaliknya. Misalnya sebuah peta X yang akan diperkecil 4x skala nya akan lebih besar dibandingkan peta yang diperkecil 2x. Skala adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya/sesungguhnya di lapangan. Jadi dapat dirumuskan sebagai berikut : Untuk mencari jarak sebenarnya (JS) jika diketahui jarak pada peta (JP) dan skala (SK) adalah jarak pada peta dikali dengan penyebut skala. JS = JP x SK sedangkan mencari jarak pada peta (JP)  jika diketahui jarak sebenarnya(JS) dan skala (SK) adalah jarak sebenarnya dibagi penyebut skala. JP = JS/SK Skala yang sering dijumpai pada pe...