Langsung ke konten utama

Pemanfaatan Energi Matahari untuk Mengurangi Penggunaan Bahan Bakar Fosil

Listrik Tenaga Matahari Melalui Panel Surya-Aki-Inverter

Sobat Mariadilmu, listrik merupakan kebutuhan manusia masa kini. Sejak listrik ditemukan oleh Thomas Alfa Edison, manusia sudah tidak hidup dalam kegelapan lagi hingga sekarang. Coba bayangkan kalau sampai sekarang tidak ada listrik, apakah lampu bisa nyala? Atau apakah kita bisa nonton Televisi?. Semua alat elektronik berfungsi karena ada listrik bukan?

Listrik yang paling umum kita jumpai di Indonesia dapat dihasilkan dari turbin (generator) yang berputar oleh tenaga-tenaga seperti tenaga air dan tenaga mesin diesel. Sedangan di luar negeri seperti Belanda sudah dijumpai pembangkit listrik tenaga angin dan di negara-negara maju lain juga sudah dikembangkan pembangkit listrik dari tenaga matahari.

Di Indonesia pada umumnya listrik dihasilkan dari tenaga air sebab Indonesia banyak ditemukan sumber daya air yang memiliki debit air yang cocok untuk memutar generator. Selain itu, untuk daerah-daerah tertentu masih menggunakan tenaga mesin diesel, dimana generator diputar oleh tenaga mesin.

Kelemahan dari PLTD adalah mesin diesel dapat berfungsi apabila ada bahan bakar, sementara bahan bakar di muka bumi diprediksi akan berkurang dari tahun ke tahun. Sedangkan PLTA, sumber tenaganya berasal dari air yang memiliki arus deras baik berupa air terjun ataupun air sungai yang dibendung dan dialirkan ke bagian semacam kincir yang bergerak akibat aliran air sehingga memutar generator dan menghasilkan listrik.

Listrik yang dihasilkan dari tenaga air disebut pembangkit Listrik tenaga air (PLTA), yang dihasilkan oleh tenaga diesel (PLTD).
Seiring perkembangan teknologi dan sumber daya manusia (SDM), daerah-daerah yang kesulitan dalam distribusi bahan bakar dan akses yang sulit untuk pembangunan jalan seperti Papua dan Papua Barat, pemanfaatan energi matahari untuk sumber tenaga listrik adalah sesuatu yang tergolong biasa.

Di berbagai Desa di Papua dan Papua Barat, jalan-jalan sudah diterangi dengan alat yang dinamakan Solar cell. Alat ini semacam panel kaca berbentuk persegi yang dapat mengubah radiasi matahari menjadi listrik.
Lampu Jalan Tenaga Surya di Desa Magey, Papua Barat

Tetapi prosesnya penyerapan energi matahari oleh panel surya hanya terjadi pada saat ada matahari (siang hari) sedangkan malam hari tidak ada energi yang dihasilkan. Solusinya, energi listrik tersebut akan disalurkan ke sebuah aki atau baterai besar, sehingga terjadi pengecasan hingga aki tersebut dapat digunakan pada malam hari untuk menyalakan alat-alat elektronik seperti lampu, TV dan lain-lain.

Aki yang telah terisi panel surya dinaikkan tegangannya dengan inverter sehingga dapat menyalakan TV atau alat elektronik lainnya

Panel solar cell atau disebut juga dengan panel tenaga surya merupakan teknologi yang sangat bermanfaat karena energi matahari adalah sumber daya alam yang tak akan pernah habis sehingga dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil seperti bensin, solar yang dihasilkan dari tambang minyak bumi dimana sumber daya alam ini merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources).

Selain itu, Indonesia yang beriklim tropis sangat cocok untuk dikembangkan teknologi ini karena sepanjang tahun Indonesia mendapatkan sinar matahari yang lebih karena berada di daerah Lintang rendah (0 derajat-23,5 derajat) LU dan LS dan daerah lintasan garis khatulistiwa (equator). Jadi sangatlah perlu dikembangkan untuk sumber energi terbarukan.

Pengembangan teknologi tenaga surya saat ini sudah mulai diarahkan ke alat transportasi seperti mobil listrik dan motor listrik. Dengan demikian di masa mendatang penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) akan semakin berkurang.
Itulah sedikit ulasan tentang energy listrik dari tenaga surya, semoga menjadi bahan pengetahuan tambahan bagi sobat-sobat sekalian.

Untuk melihat bagaimana proses pemakaian alat solar cell ini di daerah yang tidak ada PLN, dapat dilihat pada video di bawah ini.
https://youtu.be/xtpPjqs_mT4

Semoga bermanfaat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menentukan Letak Astronomis suatu Wilayah pada Peta

Letak atau Lokasi suatu wilayah berdasarkan lintang dan bujur disebut dengan letak astronomis. Garis Lintang 0 0 disebut dengan garis Khatulistiwa (equator) yang membagi bumi menjadi bagian utara yang disebut dengan Lintang Utara (LU) dan bagian selatan yang disebut dengan Lintang Selatan (LS). Garis lintang menjadi dasar pembagian iklim yang didasarkan pada sudut datang matahari, sedangkan garis bujur 0 0 yang berada di kota Greenwich membagi belahan bumi menjadi belahan bumi Barat yang dikenal dengan Bujur Barat (BB) dan belahan bumi Timur yang dikenal dengan Bujur Timur (BT). Garis bujur 0 0 yang dipergunakan sebagai dasar pembagian waktu di berbagai wilayah (negara). Garis lintang dan bujur merupakan garis khayal artinya kita tidak menjumpai garis ini secara nyata di bumi. Garis Lintang kenampakannya horizontal, sedangkan Garis Bujur kenampakannya vertikal pada peta atau globe. Berdasarkan konsep Geografi, letak/lokasi terbagi dua yaitu letak absolut dan letak relat...

Menentukan Perbedaan Waktu antar Wilayah di Muka Bumi

Salam Geografi!! Saudara sekalian pasti pernah menonton siaran bola liga Inggris, Liga Spanyol atau Liga Eropa lainnya pada saat malam atau dini hari bukan?. Nah kalau kita bayangkan mengapa mereka main bola saat malam larut atau disaat kita di Indonesia sudah tertidur. Tentunya sebagai orang yang telah mempelajari geografi, tidak akan merasa heran lagi atau sudah memahami mengapa demikian. Bagi orang awam mungkin saja mereka berpikiran kalau memang pertandingan itu memang dilaksanakan pada jam saat menonton di Indonesia, padahal mereka itu main bola pada saat sore hari atau bukan larut malam. Dasar teorinya adalah Eropa berada pada belahan bumi Barat, sedangkan Indonesia berada pada belahan bumi Timur. Sehingga kalau di Indonesia malam hari, kemungkinan di Eropa Siang hari, demikian sebaliknya. Pada Postingan sebelumnya yaitu "menentukan letak astronomis suatu wilayah pada peta", telah disinggung mengenai garis lintang dan bujur.  Garis bujur menjadi dasar pembe...

Mengubah Skala Garis Menjadi Skala Angka

Topik tentang skala merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah peta. Gambaran permukaan bumi yang relatif luas dapat digambarkan di sebidang kertas karena diperkecil dengan menggunakan skala tertentu, tergantung berapa kali luas yang sebenarnya diperkecil dan seberapa besar peta yang akan digambar. Semakin kecil peta yang akan digambarkan maka skalanya akan semakin besar, demikian sebaliknya. Misalnya sebuah peta X yang akan diperkecil 4x skala nya akan lebih besar dibandingkan peta yang diperkecil 2x. Skala adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya/sesungguhnya di lapangan. Jadi dapat dirumuskan sebagai berikut : Untuk mencari jarak sebenarnya (JS) jika diketahui jarak pada peta (JP) dan skala (SK) adalah jarak pada peta dikali dengan penyebut skala. JS = JP x SK sedangkan mencari jarak pada peta (JP)  jika diketahui jarak sebenarnya(JS) dan skala (SK) adalah jarak sebenarnya dibagi penyebut skala. JP = JS/SK Skala yang sering dijumpai pada pe...