Langsung ke konten utama

Ketentuan Penulisan Kajian Pustaka dalam Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi


Bab tentang Kajian Pustaka meliputi: kerangka teori, penelitian relevan, kerangka berfikir dan hipotesis. 

a. Kerangka Teori
Kerangka teori berisi pembahasan secara teoretis mengenai semua variabel penelitian, baik secara terpisah maupun dengan menunjukkan hubungannya satu dengan yang lain. Oleh karena itu isinya bermaksud untuk menggambarkan kondisi ideal atau keadaan seharusnya setiap variabel atau hubungannya satu dengan yang lain.

Perumusan kerangka teori seperti itu mengisyaratkan bahwa fungsinya merupakan tolak ukur dalam menguji hasil pengolahan/analisis data/informasi, yang aka dilakukan pada tahap berikutnya.

Dengan memperhatikan fungsi kerangka teori tersebut, maka diperlukan profesionalisme dalam meramunya. Profesionalisme ini berkenaan dengan bidang yang disentuh oleh masalah penelitian yang harus diselaraskan dengan perkembangan dan kemajuannya yang mutakhir yang diramu berdasarkan hasil studi kepustakaan yang relevan secara cermat. 

Untuk menghasilkan ramuan Kerangka Teori yang berbobot dan berkualitas, ternyata tahun dihasilkannya suatu karya tulis berupabuku ikut berpengaruh. Karya tulis itu sebaiknya terdiri dari yang terbaru. Selain itu seorang penulis harus selektif dalam mempergunakan setiap literatur yang dapat terlihat dengan mudah dari uraian-uraiannya di dalam kerangka teori. 

Di bawah ini akan dipaparkan contoh kerangka teori tentang pemukiman wilayah kumuh.
Pengertian pemukiman kumuh dihubungkan dengan pengertian, teori dan klasifikasi kemiskinan.

Latar belakang dan sebab-sebab kemiskinan dihubungkan dengan hak-hak asasi manusia dan kehidupan layak dan manusiawi
Teori mengenai angkatan kerja,lapangan pekerjaan dan peningkatan taraf hidup secara mandiri dalam rangka mengatasi kemiskinan.
Berdasarkan uraian tersebut, jelas bahwa pada bagian inilah, seorang peneliti dapat mengutip suatu uraian berupa pendapat, teori, hukum, dalil, definisi dan lain-lain. 

Peneliti harus berlaku jujur dalam mengutip, baik merupakan kutipan langsung atau tidak langsung. Ketidakjujuran dengan mempergunakan pendapat, teori, hukum, dalil, definisi dan lain-lain seolah-olah berasal dari peneliti sendiri, bukanlah sikap yang terpuji, buka sikap ilmiah dan akan menjadikan peneliti sebagai seorang plagiator. Bagaimana tata tulis dalam mengutip dapat dilihat pada bab III tata cara penulisan, perujukan dan penulisan daftar pustaka.

Selanjutnya di dalam laporan hasil penelitian akan meramu landasan teori yang materinya bersumber dari kerangka teori dan kerangka konsep (kemampuan berpikir peneliti dalam menyatakan pendapat atau gagasan, mengenai penyelesaian masalah penelitian). Landasan teori ini lebih bersifat resume kerangka teori dalam kerangka konsep yang dapat dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan kenyataan di lapangan. 

Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. 

Dalam penelitian kuantitatif penelitian berangkat dari teori menuju data dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan, sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.

b. Penelitian yang Relevan
Penelusuran terhadap hasil-hasil penelitian, jurnal-jurnal penelitian, skripsi, thesis, disertasidan semacamnya dapat memahami prosedur-prosedur dan instrumen-instrumen yang terbukti relevan dan kurang relevan. 

Jika sudah relevan dapat menempatkan si peneliti pada posisi yang baik untuk membahas dan menfsirkan pentingnya hasil-hasil penelitiannya sendiri atau dengan menguasai teori di dalam bidangnya dan memahami hasil-hasil penelitian terdahulu dapat mempersiapkan si peneliti untuk menyelaraskan hasil-hasil penelitiannya ke dalam bidang ilmunya. 

Berikut ini contoh penulisan penelitian yang relevan tentang  Analisis Ketersediaan fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Batang Kuis :
Siregar (2010) dengan judul penelitian : Analisis fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kota Medan. Hasil penelitian menunjukkan  : (1) Fasilitas pelayanan kesehatan di kota Medan sudah tersedia, namun fasilitas pelayanan itu belum mencukupi seperti fasilitas pelayanan puskesmas, fasilitas pelayanan rumah sakit dan fasilitas pelayanan balai pengobatan. Hal itu berarti bahwa ketersediaan fasilitas tersebut belum dapat melayani seluruh kebutuhan kesehatan penduduk di Kota Medan.

Penelitian yang relevan yang diperlukan mahasiswa di dalam penelitiannya minimal 5 judul.

c. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir dijabarkan dari kerangka teoritis (tinjauan pustaka) dan tidak dilakukan kutipan-kutipan dari literatur, disusun sebagai tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian dan merumuskan hipotesis.

Kerangka berfikir berisi alasan atau argumen ilmiah deduktif sehingga dengan mengikuti alasan itu secara logika terdapat benang merah yang tidak putus mulai dari masalah sampai hipotesis penelitian. Setiap masalah mempunyai segmentasi sendiri untuk sampai ke hipotesis, yang merupakan inti dari permasalahan.

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kerangka berfikir. 
Pertama,  uraian argumentasi harus bersifat argumentatif, untuk itu peneliti sendiri yang membangun kerangka berpikir tersebut, hal ini cukup beralasan karena dalam kerangka berpikir dikembangkan argumentasi untuk memberi penjelasan mengenai masalah yang dihadapi. 

Kedua, menggunakan pengetahuan ilmiah. 

Ketiga, agar kerangka berfikir yang dikembangkan cukup meyakinkan maka harus digunakan alur berfikir yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir dan menggunakan logika berfikir dalam menarik kesimpulan. Alur berfikir tersebut digambarkan dalam sebuah bagian alur yang jelas.

d. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian.oleh karena itu, perumusan hipotesis sangat berbeda dari perumusan pertanyaan penelitian. Penulisan hipotesis yang benar harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 

Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan deklaratif (declarative statements), bukan kalimat pertanyaan.
Hipotesis berisi pernyataan mengenai hubungan antara paling sedikit dua variabel.
Hipotesis harus dapat diuji (testable). 


Hipotesis yang dapat diuji akan secara spesifik menunjukkan bagaimana variabel-variabel penelitian itu diukur dan bagaimana prediksi hubungan antar variabel-variabel termaksud.
Hipotesis penelitian dapat berupa hipotesis dua arah dan dapat pula berupa hipotesis satu arah. Hipotesis dua arah berisi semata-mata pernyataan mengenai adanya perbedaan atau adanya hubungan. Bila mengenai perbedaan, maka hipotesis ini hanya menyatakan bahwa kelompok I berbeda dari kelompok II tanpa mengatakan kelompok mana yang lebih dari yang lainnya. 

Bila mengenai hubungan, maka hipotesis dua arah hanya mengatakan bahwa variabel X berkorelasi dengan variabel Y tanpa mengatakan apakah korelasi itu negatif atau positif. Contoh hipotesis dua arah adalah :
“Ada perbedaan tingkat agresivitas antara siswa yang bersekolah di sekolah koedukasi dan yang bersekolah di sekolah non koedukasi”

“Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar”

Pada formulasinya yang lebih spesifik hipotesis dinyatakan dalam bentuk prediksi satu arah. Mengenai perbedaan, suatu hipotesis satu-arah akan mengatakan, misalnya, bahwa kelompok I lebih agresif daripada kelompok II. 

Mengenai hubungan, hipotesis satu-arah akan mengatakan bahwa variabel X berkorelasi negatif dengan variabel Y, atau dengan cara lain dikatakan misalnya bahwa semakin tinggi kecemasan (variabel X) maka akan semakin rendah prestasi dalam ujian (variabel Y). contoh-contoh hipotesis satu arah, antara lain adalah :
“Tingkat agresivitas siswa yang bersekolah di sekolah koedukasi lebih rendah daripada  yang bersekolah di sekolah non koedukasi”

“Tingginya tingkat kecemasan akan diikuti oleh rendahnya prestasi belajar dan rendahnya tingkat kecemasan akan diikuti oleh tingginya prestasi belajar”.

Pada contoh hipotesis satu-arah yang pertama isinya jelas mengatakan bahwa satu kelompok lebih tinggi dalam hal tingkat agresivitas daripada kelompok lainnya. Pada contoh kedua isinya menunjukkan arah hubungan yang berlawanan atau dalam istilah korelasi disebut korelasi negatif. Tentu saja hipotesis satu-arah dapat pula dinyatakan dalam bentuk korelasi positif.

Sumber : Lumbantoruan, W. Buku Pedoman Penulisan Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi Unimed. 2012. Medan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menentukan Letak Astronomis suatu Wilayah pada Peta

Letak atau Lokasi suatu wilayah berdasarkan lintang dan bujur disebut dengan letak astronomis. Garis Lintang 0 0 disebut dengan garis Khatulistiwa (equator) yang membagi bumi menjadi bagian utara yang disebut dengan Lintang Utara (LU) dan bagian selatan yang disebut dengan Lintang Selatan (LS). Garis lintang menjadi dasar pembagian iklim yang didasarkan pada sudut datang matahari, sedangkan garis bujur 0 0 yang berada di kota Greenwich membagi belahan bumi menjadi belahan bumi Barat yang dikenal dengan Bujur Barat (BB) dan belahan bumi Timur yang dikenal dengan Bujur Timur (BT). Garis bujur 0 0 yang dipergunakan sebagai dasar pembagian waktu di berbagai wilayah (negara). Garis lintang dan bujur merupakan garis khayal artinya kita tidak menjumpai garis ini secara nyata di bumi. Garis Lintang kenampakannya horizontal, sedangkan Garis Bujur kenampakannya vertikal pada peta atau globe. Berdasarkan konsep Geografi, letak/lokasi terbagi dua yaitu letak absolut dan letak relat...

Menentukan Perbedaan Waktu antar Wilayah di Muka Bumi

Salam Geografi!! Saudara sekalian pasti pernah menonton siaran bola liga Inggris, Liga Spanyol atau Liga Eropa lainnya pada saat malam atau dini hari bukan?. Nah kalau kita bayangkan mengapa mereka main bola saat malam larut atau disaat kita di Indonesia sudah tertidur. Tentunya sebagai orang yang telah mempelajari geografi, tidak akan merasa heran lagi atau sudah memahami mengapa demikian. Bagi orang awam mungkin saja mereka berpikiran kalau memang pertandingan itu memang dilaksanakan pada jam saat menonton di Indonesia, padahal mereka itu main bola pada saat sore hari atau bukan larut malam. Dasar teorinya adalah Eropa berada pada belahan bumi Barat, sedangkan Indonesia berada pada belahan bumi Timur. Sehingga kalau di Indonesia malam hari, kemungkinan di Eropa Siang hari, demikian sebaliknya. Pada Postingan sebelumnya yaitu "menentukan letak astronomis suatu wilayah pada peta", telah disinggung mengenai garis lintang dan bujur.  Garis bujur menjadi dasar pembe...

Mengubah Skala Garis Menjadi Skala Angka

Topik tentang skala merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah peta. Gambaran permukaan bumi yang relatif luas dapat digambarkan di sebidang kertas karena diperkecil dengan menggunakan skala tertentu, tergantung berapa kali luas yang sebenarnya diperkecil dan seberapa besar peta yang akan digambar. Semakin kecil peta yang akan digambarkan maka skalanya akan semakin besar, demikian sebaliknya. Misalnya sebuah peta X yang akan diperkecil 4x skala nya akan lebih besar dibandingkan peta yang diperkecil 2x. Skala adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya/sesungguhnya di lapangan. Jadi dapat dirumuskan sebagai berikut : Untuk mencari jarak sebenarnya (JS) jika diketahui jarak pada peta (JP) dan skala (SK) adalah jarak pada peta dikali dengan penyebut skala. JS = JP x SK sedangkan mencari jarak pada peta (JP)  jika diketahui jarak sebenarnya(JS) dan skala (SK) adalah jarak sebenarnya dibagi penyebut skala. JP = JS/SK Skala yang sering dijumpai pada pe...