Langsung ke konten utama

Tenggelamnya KM Sinar Bangun : Antara Kelalaian, Mitos, Dan Ilmu Geografi


Ilustrasi KM. Sinar Bangun Sebelum Tenggelam (Sumber : Tribunnews)
Turut berduka cita atas peristiwa tenggelamnya kapal penumpang KM. Sinar bangun di Danau Toba yang menelan korban hilang/meninggal 132 jiwa. Semoga Tuhan Yang maha Kuasa menerima korban yang meninggal di sisi-Nya dan semoga keluarga yang ditinggalkan tetap tabah dalam menerima segala kehendak-Nya. Amin.

Pulau Samosir sebagai asal suku Batak sejak dahulu telah menjalin interaksi dengan daerah lain seperti Pangururan, Tongging, Parapat, Silalahi dan lain sebagainya. Interaksi antara wilayah ini pada awalnya dilakukan melalui jalur danau dengan menggunakan perahu tradisional hingga kapal motor /mesin dan Fery. Berkembangnya Pulau samosir dan Danau Toba sebagai destinasi wisata, mendorong berkembangnya angkutan penyeberangan yang menghubungkan pengunjung dari daerah lain yang ingin ke daratan terpisah (Pulo Samosir) itu. Bukan hanya turis lokal, danau toba sudah menjadi daerah tujuan turis mancanegara yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat di bidang pariwisata.

Peta Posisi Wilayah di Sekitar Danau Toba yang Mendorong Interaksi Wilayah (Sumber : www.worldlakes.org)
Sejalan dengan bertambahnya pengunjung, maka perusahaan angkutan penyeberangan dari dan ke Pulau samosir sangat diperlukan guna melengkapi sarana dan prasarana ke tempat wisata tersebut. Salah satu perusahaan penyeberangan yang ada yaitu Kapal Mesin (KM) Sinar Bangun. Kapal kayu ini lebih efisien dijadikan sebagai transportasi penyeberangan mengingat ukurannya yang tidak terlalu besar dengan jarak tempuh yang tidak terlalu jauh. Namun nama kapal angkutan ini menjadi viral ketika mengalami kecelakaan tenggelam disaat hendak menyeberang dari Samosir ke Tigaras yang terjadi pada Senin sore 18 Juni 2018 sekitar pukul 17.00 WIB. Fakta nyata di lapangan saat kejadian adalah penumpang penuh sesak baik di luar maupun di dalam ditambah kendaraan roda dua yang memenuhi sekeliling badan kapal. Selain itu ombak besar dan angin yang kencang yang menjadi pemicu kapal oleng dan akhirnya karam (dirangkum dari berbagai sumber).

Namun banyak pihak yang memberikan asumsi yang berbeda tentang penyebab karamnya kapal tersebut. Berbagai pendapat viral di media sosial sebagai gambaran negara demokrasi. Ada pendapat yang mengatakan kecelakaan terjadi karena kelalaian pihak angkutan dan ASDP, ada yang menghubungkan dengan mitos penangkapan ikan mas 4 kg, dan dalam tulisan ini saya kaji sedikit dari segi geografi. Atas dasar itu, mari kita rangkum penyebab karamnya kapal dengan menampung berbagai pendapat yang memperkaya pemahaman kita dengan tidak menyalahkan pendapat orang lain.

Tanggapan Pihak Berwenang : Kelalaian Pihak Penyelenggara ASDP (Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan)
Sesuai dengan sertifikat kapal, KM Sinar Bangun memiliki ukuran panjang 17 m, lebar 4 m, tinggi 1,5 meter dengan gross ton 17, seyogianya menampung 40 orang (Kapolres Simalungun, dalam Tribun news). Senada dengan itu, Menteri Perhubungan mengatakan kapal mesin (KM) sinar bangun berkapasitas maksimal 43 orang (berita kompas). Keanehan yang terlihat kapal motor telah dirombak menjadi 3 lantai sehingga tidak sesuai lagi dengan sertifikat yang tingginya 1,5 meter. Kelalaian dari pihak penyelenggara yaitu penumpang telah melebihi batas maksimal. Walaupun keadaan terpaksa, penumpang paling maksimal adalah 80 orang, sementara pada saat peristiwa itu setelah ditelusuri jumlah penumpang sekitar 206 orang (tempo, 21 Juni).

Kita lihat betapa besarnya kelebihan muatan kapal tersebut hampir lima kali lipat dari jumlah yang sebaiknya, belum lagi sepeda motor yang diperkirakan sebanyak 60 unit. Sudah bisa dibayangkan betapa sesaknya di dalam kapal itu dan bagaimana daya mesin menggerakkan badan kapal yang sudah melebihi kemampuan maksimalnya, sungguh mengkhawatirkan. Kelalaian selanjutnya yaitu tidak adanya manifest (data) penumpang dan Life jaket (pelampung).
Kita semua pasti percaya bahwa tidak semua penumpang dapat berenang. Bahkan yang mahir berenang bisa tenggelam karena berbagai faktor seperti kelelahan, kedinginan (hipotermia), dan bahkan ditarik orang yang tidak tahu berenang (cerita korban selamat dalam tribun news). Jadi seandainya masing-masing penumpang memakai pelampung, kemungkinan besar korban selamat akan lebih banyak. Walaupun penyelamat datang terlambat, dengan adanya pelampung pasti penumpang yang jatuh ke air masih bernafas beberapa jam ke depan. Mengenai data penumpang, mungkin tidak terlalu berpengaruh terhadap peristiwa karamnya kapal, hanya saja sebenarnya data penumpang harus ada sesuai peraturan karena terbukti petugas kesulitan mendata korban yang hilang. Penumpang kapal bukan hanya 2-3 orang melainkan ratusan, jadi siapapun orangnya pasti sulit mengenali dan mengidentifikasi korban.

Dugaan Tradisi Batak : Mitos tangkapan ikan mas 4 kg 
Legenda terjadinya Danau Toba sudah menjadi cerita rakyat yang populer karena danau itu merupakan danau terbesar dan terluas di Inonesia. Jika kita ulas sedikit cerita tersebut, Danau Toba terbentuk terkait dengan penangkapan ikan mas aneh oleh seorang petani. Ikan aneh tersebut berubah menjadi wanita cantik dan dipersunting oleh si petani. Ada perjanjian diantara mereka bahwa si petani kelak tidak boleh memberi tahu anaknya bahwa ibunya seekor ikan. Namun perjanjian itu akhirnya dilanggar ketika anaknya mengecewakan si petani. Janji yang dilanggar menjadi awal marahnya alam hingga mendatangkan badai dan banjir hingga menutupi semua daratan di lembah itu dan terbentuklah danau.

Ikan Mas Besar yang Ditangkap Warga dari Danau Toba (Sumber : mediapakar)
Orang Batak sangat menghargai leluhurnya sejak dahulu. Pesan natua-tua (orang tua) harus dipatuhi mengingat sebelum lahirnya agama-agama orang batak juga masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Dengan menghayati cerita rakyat tersebut kita disuguhi pesan moral bahwa ada tanda-tanda alam yang harus kita pedomani (ikan aneh) dan jangan sesekali mengucapkan kata sumpah serakah, kata-kata kotor/tabu atau mengotori daerah Danau Toba karena kemarahan alam Danau Toba dari cerita rakyat di atas diawali dengan sumpah serakah, hinaan dari seorang petani terhadap anaknya.

Kembali ke peristiwa karamnya kapal KM. Sinar Bangun, menurut informasi yang beredar baik di media sosial maupun televisi, sebelum kejadian karamnya kapal ada seorang pemancing atau penjala yang mendapat ikan besar seberat lebih kurang 4 kg. Ikan dengan berat sebesar itu sangat jarang atau bahkan tidak pernah didapatkan sebelumnya oleh para nelayan ataupun orang pemancing di danau toba. Jadi menurut guru adat Batak, dengan menghubungkan dengan legenda Danau Toba yang pada awalnya ada kaitan dengan ikan mas aneh, ada tanda-tanda langka yang seharusnya mengingatkan kita terutama masyarakat yang berada di sekitaran danau toba untuk berbenah atau sadar atas apa yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam hal ini berperilaku tidak sopan, mengotori danau, atau berkata-kata tabu di atas danau seharusnya dihindari sebelum penghuni (oppung) di danau toba marah.

Namun apa yang terjadi, tanda-tanda aneh itu tidak masuk akal bagi masyarakat zaman now yang sudah tidak percaya terhadap mitos nenek moyang dahulu. Benar tidaknya informasi dari penumpang yang selamat di berita, katanya di dalam kapal banyak yang minum-minum tuak (minum alkohol) dan bernyanyi-nyanyi ria sebelum kapal itu dihantam ombak dan angin kuat. Sungguh peristiwa itu antara masuk akal atau tidak, banyak orang tua yang mengutuki tindakan beberapa penumpang itu, dan hampir semua orang yang percaya legenda mengatakan itulah penyebab karamnya kapal dipadu dengan tanda-tanda ikan besar yang ditangkap penduduk sekitar. Sejalan dengan pendapat seorang guru adat, berperilaku sopan ketika di atas danau dan tidak mengotori danau memang sudah menjadi kearifan lokal masyarakat di sekitar Danau Toba. Ajaran ini sudah diwariskan turun temurun keluarga batak.

Tindakan berperilaku sopan bukan hanya memberikan kenyamanan bagi sesama , tetapi juga menjadikan masyarakat Batak yang menjunjung kuat Dalihan Natolu (Ajaran menghormati sesama). Selain itu, tidak mengotori danau selain menjadikan danau tetap jernih juga membuat danau bebas polusi dan lestari. Pada intinya mitos ikan aneh itu bukanlah sesuatu yang harus dipercaya, tetapi dapat dijadikan sebuah pelajaran.

Tidak ada orang yang mampu menjelaskan teori ini secara ilmiah, namun tujuannya sangat positif yaitu sebuah teguran, sebuah tanda-tanda untuk memperbaiki tindakan yang sudah lari dari kearifan lokal masyarakat Batak di sekitar Danau Toba. Dan banyak orang yang sependapat mengatakan tidak ada salahnya menerima pesan guru adat yang penting tidak merugikan dan tidak sulit untuk dilakukan. Tidak ada sulitnya sopan di atas danau, tidak ada salahnya menjaga kebersihan danau dari kotoran dan lain-lain. Dan kita harus akui, bahwa mungkin saja setiap tempat ada penunggunya sehingga kita harus menjunjung tradisi setempat, untuk itu tetaplah berpedoman pada pepatah dimana langit dipijak, di situ langit dijunjung.

Tanggapan Keilmuan : Geografi Lingkungan dan Meteorologi 
Semua orang yang pernah datang dan pergi atau menyeberang dari dan ke Danau Toba atau Pulau Samosir sekitarnya dengan menggunakan kapal kayu sekelas KM Sinar Bangun pasti mengakui keadaan nyata sesaknya penumpang apalagi saat musim liburan, tidak ada manifest, tidak ada pelampung, sudah sering terjadi dari tahun-tahun sebelumnya atau sebelum kapal tersebut tenggelam. Namun mengapa KM Sinar Bangun yang satu ini dengan sanak keluarga kita yang mengalami peristiwa ini? Mengapa sebelum-sebelumnya tidak kejadian begini?

Ilustrasi KM Sinar Bangun Dihantam Ombak dan Angin (Sumber : Kriminologi)
Secara ilmiah peristiwa karamnya kapal sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca yang tidak baik pada saat itu. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengaku telah menyampaikan peringatan dini terkait cuaca ekstrim di wilayah Danau Toba, Sumatera Utara sebelum KM Sinar Bangun tenggelam (Kompas, 20 Juni). Menurut data BMKG, kecepatan angin di kawasan Danau Toba pada saat itu berkisar 2-3 meter per detik. Pukul 17.00 WIB, terjadi fluktuasi atau meningkatnya kecepatan angin mencapai 6 meter per detik (sekitar 12 knot). Kondisi itu memicu ketinggian ombak kurang lebih 75 cm atau 0,75 m sampai 1,25 m (Prabowo, dalam media Indonesia). Senada dengan itu kepala BMKG mengatakan potensi cuaca ekstrim dapat memnyebabkan gelombang tinggi 2.5 hingga 4.0 meter.

Kecepatan angin dan tingginya ombak itu pastinya berbahaya bagi kapal-kapal berukuran kecil apalagi kita ketahui secara logika KM.Sinar Bangun sudah dimodifikasi menjadi bertingkat, maka hembusan angin pasti lebih terasa kuat menggoyang kapal.

Peristiwa cuaca ekstrim di kawasan Danau Toba jarang sekali terjadi, namun naas pada saat tanggal kejadian (18 Juni 2018) terjadi kondisi cuaca yang tidak bersahabat di beberapa wilayah Indonesia termasuk di Sumatera Utara. Secara Geografi wilayah Indonesia yang pada lintang rendah (0-23,5 derajat LU dan 0-23,5 derajat LS) pada bulan Juni mengalami musim kemarau (musim kemarau April-Oktober) atau mengalami hembusan angin muson Timur. Namun bukan berarti tidak ada hujan, pasti ada wilayah-wilayah tertentu yang mengalami hujan deras. Dengan kata lain ada anomali cuaca yang sulit diprediksi di tempat-tempat tertentu.

Mempelajari anomali cuaca tersebut berbagai informasi yang telah dirilis di berbagai media berita internet, berdasarkan pantauan BMKG terjadinya anomali cuaca akibat adanya tekanan rendah di samudera Pasifik sebelah Timur Filipina, serta udara basah dari Samudera Hindia dan sirkulasi siklonik di wilayah Samudera Hindia, Barat Bengkulu, Selat Karimata dan Selat Makassar (Republika.co.id 20/6). Hal ini menurut Dwikorita (Kepala BMKG) mengakibatkan adanya pola pertemuan aliran udara di beberapa wilayah Indonesia, termasuk samudera Hindia (sebelah Barat Sumatera Utara/Danau Toba). Selain itu menurutnya terdapat belokan angin di wilayah Aceh dan Sumatera Utara. Kondisi inilah yang menyebabkan peningkatan cuaca ekstrim seperti hujan lebat disertai petir dan kilat serta angin kencang yang terjadi di wilayah Aceh, Sumatera Utara dan wilayah lainnya.

Kesimpulan dari informasi BMKG, bukan hanya Danau Toba yang mengalami cuaca ektrim, tapi wilayah lain juga mengalaminya pada saat itu dan diprediksi terjadi sepekan ke depan sejak peristiwa karamnya kapal terjadi.

Seandainya nahkoda mengindahkan himbauan dari BMKG untuk mempertimbangkan cuaca ekstrim tersebut, walaupun penuh sesak penumpang (kelebihan muatan), kapal mungkin tidak akan karam (pengalaman peristiwa sesak penumpang sebelum-sebelumnya). Dan telah dikupas secara ilmiah, cauaca buruk salah satu faktor penyebab tenggelamnya kapal.

Umpan balik bagi kita 
Faktor pertama dan ketiga penyebab karamnya KM.Sinar bangun di atas memang dapat dibuktikan secara ilmiah dan sangat kuat untuk dapat dicerna akal pikiran. Namun faktor kedua antara percaya atau tidak dapat dijadikan suatu pelajaran karena tujuannya sangat positif (jangan dianggap lelucon). Selanjutnya faktor kedua mengingatkan kita bahwa alam bisa marah, alam bisa enggan bersahabat dengan kita (ebiet.g.ade) kalau kita tidak menjaga kelestariannya.

Semoga tulisan ini menjadi bahan pencerahan (bukan menggurui) bagi berbagai kalangan terutama anak didik yang belum memahami informasi yang sahih, dengan harapan ke depannya tidak ada kelalaian penyelenggara pelayaran (pemerintah), dilengkapinya sarana keselamatan penumpang kapal (bagi perusahaan kapal), diindahkannya informasi BMKG (bagi nahkoda), dan tetap menghormati kearifan lokal secara positif (bagi penumpang kapal).

Tabur Bunga di Danau Toba Tanda Akhir Pencarian Korban (Sumber : Antara)
Acara tabur bunga di perairan danau toba sebagai akhir duka kita bersama, semoga mereka tenang di sisi Sang Pencipta dan keluarga tidak larut dalam duka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menentukan Letak Astronomis suatu Wilayah pada Peta

Letak atau Lokasi suatu wilayah berdasarkan lintang dan bujur disebut dengan letak astronomis. Garis Lintang 0 0 disebut dengan garis Khatulistiwa (equator) yang membagi bumi menjadi bagian utara yang disebut dengan Lintang Utara (LU) dan bagian selatan yang disebut dengan Lintang Selatan (LS). Garis lintang menjadi dasar pembagian iklim yang didasarkan pada sudut datang matahari, sedangkan garis bujur 0 0 yang berada di kota Greenwich membagi belahan bumi menjadi belahan bumi Barat yang dikenal dengan Bujur Barat (BB) dan belahan bumi Timur yang dikenal dengan Bujur Timur (BT). Garis bujur 0 0 yang dipergunakan sebagai dasar pembagian waktu di berbagai wilayah (negara). Garis lintang dan bujur merupakan garis khayal artinya kita tidak menjumpai garis ini secara nyata di bumi. Garis Lintang kenampakannya horizontal, sedangkan Garis Bujur kenampakannya vertikal pada peta atau globe. Berdasarkan konsep Geografi, letak/lokasi terbagi dua yaitu letak absolut dan letak relat

Mengubah Skala Garis Menjadi Skala Angka

Topik tentang skala merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah peta. Gambaran permukaan bumi yang relatif luas dapat digambarkan di sebidang kertas karena diperkecil dengan menggunakan skala tertentu, tergantung berapa kali luas yang sebenarnya diperkecil dan seberapa besar peta yang akan digambar. Semakin kecil peta yang akan digambarkan maka skalanya akan semakin besar, demikian sebaliknya. Misalnya sebuah peta X yang akan diperkecil 4x skala nya akan lebih besar dibandingkan peta yang diperkecil 2x. Skala adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya/sesungguhnya di lapangan. Jadi dapat dirumuskan sebagai berikut : Untuk mencari jarak sebenarnya (JS) jika diketahui jarak pada peta (JP) dan skala (SK) adalah jarak pada peta dikali dengan penyebut skala. JS = JP x SK sedangkan mencari jarak pada peta (JP)  jika diketahui jarak sebenarnya(JS) dan skala (SK) adalah jarak sebenarnya dibagi penyebut skala. JP = JS/SK Skala yang sering dijumpai pada peta a

Menentukan Perbedaan Waktu antar Wilayah di Muka Bumi

Salam Geografi!! Saudara sekalian pasti pernah menonton siaran bola liga Inggris, Liga Spanyol atau Liga Eropa lainnya pada saat malam atau dini hari bukan?. Nah kalau kita bayangkan mengapa mereka main bola saat malam larut atau disaat kita di Indonesia sudah tertidur. Tentunya sebagai orang yang telah mempelajari geografi, tidak akan merasa heran lagi atau sudah memahami mengapa demikian. Bagi orang awam mungkin saja mereka berpikiran kalau memang pertandingan itu memang dilaksanakan pada jam saat menonton di Indonesia, padahal mereka itu main bola pada saat sore hari atau bukan larut malam. Dasar teorinya adalah Eropa berada pada belahan bumi Barat, sedangkan Indonesia berada pada belahan bumi Timur. Sehingga kalau di Indonesia malam hari, kemungkinan di Eropa Siang hari, demikian sebaliknya. Pada Postingan sebelumnya yaitu "menentukan letak astronomis suatu wilayah pada peta", telah disinggung mengenai garis lintang dan bujur.  Garis bujur menjadi dasar pembe