Dalam
model pembelajaran K-13, peserta didik diajak untuk pro aktif dalam belajar.
Guru hanya sebagai fasilitator. Ketiga model pembelajaran dalam k-13 memiliki
karakter masing-masing yang perlu disesuaikan dengan materi atau topik yang
ingin diajarkan.
1. PjBL (Project based Learning)
a. Karakteristik PjBL (Project
based Learning)
Adapun
karakteristik model pembelajaran PjBL adalah sebagai berikut :
1)
peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,
2)
adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik,
3)
peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau
tantangan yang diajukan,
4)
peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola
informasi untuk memecahkan permasalahan,
5)
proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,
6)
peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan,
7)
produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,
8)
situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan
Peran
guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai fasilitator, pelatih,
penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya
imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.
b. Langkah-Langkah PjBL (Project
based Learning)
Adapun
langkah-langkah penerapan model pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start
With the Essential Question)
Pembelajaran
dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan
peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai
dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalamdan
topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.
Mendesain Perencanaan Proyek (Design
a Plan for the Project)
Perencanaan
dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian
peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan
berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat
diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
Menyusun Jadwal (Create a
Schedule)
Pengajar
dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat
timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek,
(3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing
peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan
(5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan
suatu cara.
Memonitor peserta didik dan
kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)
Pengajar
bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi
peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi
mentor bagi aktivitas peserta didik.
Agar
mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam
keseluruhan
aktivitas yang penting.
Menguji Hasil (Assess the
Outcome)
Penilaian
dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan
dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang
tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun
strategi pembelajaran berikutnya.
Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate
the Experience)
Pada
akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan
proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki
kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu
temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada
tahap pertama pembelajaran.
2. Discovery Learning
a. Karakteristik Discovery Learning
Di
dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa,
dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses
belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap
eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment,
yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuanpenemuan baru
yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan
seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan
baik dan lebih kreatif. Dalam Discovery Learning bahan ajar tidak
disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan..
Bruner
mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya
(Budiningsih, 2005:41).
Pada
akhirnya yang menjadi tujuan dalam Discovery Learning menurut Bruner
adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi
seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli
matematika. Dan melalui kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan,
serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.
b. Langkah-langkah Discovery Learning
Langkah-langkah
dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas adalah sebagai
berikut:
1).
Perencanaan
Perencanaan
pada model ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
-
Menentukan tujuan pembelajaran
-
Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
-
belajar, dan sebagainya)
-
Memilih materi pelajaran.
-
Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh
contoh generalisasi)
-
Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,
-
tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
-
Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang
konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
-
Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
2).
Pelaksanaan
Menurut
Syah (2004) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas,ada
beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar
secara umum sebagai berikut.
Stimulation
(stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama
pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan
timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan
pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada
tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
Dengan
demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus
kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat
tercapai.
Problem
statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah
dilakukan stimulation guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah)
Data
collection (pengumpulan data)
Pada
saat peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru memberi
kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak banyaknya
yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Data dapat
diperoleh melalui membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara
sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Data
processing (pengolahan data)
Menurut
Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi
yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan.
Verification
(pembuktian)
Pada
tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data
processing. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada,
pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek,
apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
Generalization
(menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap
generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
3.
Problem Based Learning
a.
Karakteristik Problem Based Learning
Ada
lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL)
yaitu:
1)
Permasalahan sebagai kajian.
2)
Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman
3)
Permasalahan sebagai contoh
4)
Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses
5)
Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik
b.
Langkah-langkah Problem Based Learning
Konsep
Dasar (Basic Concept)
Pada
pembelajaran ini fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi,
atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut.
Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat mendapatkan ‘peta’ yang
akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Konsep yang diberikan tidak perlu
detail, diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik dapat mengembangkannya
secara mandiri secara mendalam.
Pendefinisian
Masalah (Defining the Problem)
Dalam
langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam
kelompoknya peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming
dengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan
tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai
macam alternatif pendapat. Kedua, melakukan seleksi untuk memilih pendapat
yang lebih fokus. ketiga, menentukan permasalahan dan melakukan pembagian
tugas dalam kelompok untuk mencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan
yang didapat.
Fasilitator
memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik yang akhirnya diharapkan
memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja
yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk
menjembataninya.
Pembelajaran
Mandiri (Self Learning)
Setelah
mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber yang
dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi misalnya dari artikel tertulis
di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
Tujuan utama tahap investigasi, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi
dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah
didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan untuk dipresentasikan di
kelas relevan dan dapat dipahami.
Pertukaran
Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah
mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi secara mandiri, pada
pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya dapat dibantu
guru untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan
kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam kelas dengan mengakomodasi
masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk
memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini maka dilakukan dengan
mengikuti petunjuk.
Penilaian
(Assessment)
Penilaian
dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan
(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan
pengetahuan yang mencakup seluruh Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur
dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware,
maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan
pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,
kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot
penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan.
Sumber
Referensi :
PSDMPK-PMP Kemdikbud. 2014. Modul
Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2014
Komentar