Langsung ke konten utama

Hubungan Harmonis : Logika 50%, Hati 50%


Seorang gadis belia merasa galau karena pacarnya tidak membalas chatingannya. Dia juga bingung, tak biasanya orang yang disayanginya seperti  itu. Dia memang sangat membutuhkan teman curhat disaat itu. Sesegera mungkin dia membuka smartphone yang berdering “ping” berharap pangerannya itu membalas chatingannya. Ternyata bukan, yang ada hanyalah teman lain. Dia mengabaikan chatingan temannya karena merasa tidak penting.

Menit ke menit jam ke jam chatingannya tidak ada balasan, sementara waktu telah berjalan selama 4 jam lamanya.  Dia semakin gelisah, sampai-sampai ia tak makan demi menunggu apa kabar dari si lelaki itu. Sesekali ia menatap televisi tapi pikirannya tidak kesitu. Tatapannya ke televisi hanyalah tatapan kosong.

Waktu telah larut malam, ia berpikir tidak mungkin lagi mengharapkan balasan itu karena biasanya si lelaki itu udah nyenyak pada jam segitu.  Akhirnya ia menangis di dalam kamar sendiri sambil mengingat cerita temannya yang mengatakan bahwa laki-laki itu mudah tergoda dengan wanita berparas cantik. Dia menghubungkan cerita temannya itu dengan apa yang dialaminya sekarang. Dia menganggap ucapan lelaki itu yang berjanji menemaninya selamanya hanyalah sebuah rayuan gombal yang menghanyutkan hatinya. Air matanya menetes, matanya berkaca-kaca seakan mengisyaratkan tiada guna hidup ini. Karena matanya lelah, ia tertidur dengan bantal yang telah basah dengan air matanya.

Esok harinya ada pesan yang masuk ke smarphone si gadis yang isinya berbunyi
“maaf dinda, tadi malam paket dataku habis,
Aku baca chat mu, tapi ketika aku mau balas
Tulisan “terhubung” berubah menjadi “menyambungkan”
Aku mau isi paket, eh M-kios udah closed
Kuharap Kau mengerti
Aku lope-lope sama kamu
Jangan kau salah menilaiku
Dengan semua sikap diamku ini
Jauh di dalam lubuk hatiku terukir indah-terukir indah namamu”
(sambil menggunakan sticker smile)

Membaca pesan itu si gadis mulai tersenyum. Dia membalasnya dengan berkata
“Bilang aja kau lagi jalan sama cewek lain
Sengaja kau gk bales chat ku
Memang laki-laki gampang tergoda gadis cantik
(sambil menggunakan sticker marah, menangis)”

(kelanjutannya terjadi pertengkaran.....)

Sahabat muda, penggalan cerita di atas bisa saja hanyalah sebuah fiktif atau mungkin saja Anda alami di dalam kehidupan sehari-hari. Suatu hal yang wajar, rasa curiga ada di dalam menjalin hubungan, atau bahkan prasangka bisa saja lebih kuat porsinya dibanding rasa percaya yang dipegang dalam hubungan itu.

Mencintai adalah hal manusiawi yang pastinya dialami oleh semua orang. Semua orang yang serius dalam hubungan cintanya (bukan cinta monyet) pasti menginginkan hubungan itu berakhir pada rumah tangga. Banyak diantara kaum muda yang terjebak dalam situasi cinta yang hanya terfokus pada hati, padahal logika lebih berperan di dalamnya. Mencintai yang hanya bertumpu pada hati akan gampang dihanyutkan prasangka negatif bila tidak dibumbui dengan logika berpikir.

Si gadis dalam cerita tersebut merasa ada yang kurang ketika orang yang dicintainya tidak hadir menemaninya walaupun hanya melalui media sosial. Dia sudah terbiasa dengan chatingan beruntun yang seolah-olah menganggap hubungan akan terjalin langgeng jika chatingan berlangsung tiap hari. Nah, apakah si gadis itu bisa hidup dengan chatingan saja, dan apakah si lelaki juga demikian? Atau apakah dengan tidak ada kabar dari orang yang Anda cintai, maka hubungan itu ditakuti tidak berakhir indah?
Logika memegang peranan penting dalam menjalin suatu hubungan. Jangan biarkan hati saja yang bekerja, karena hati berjalan di atas logika. Logika ibarat kopi, hati ibarat gula dan hubungan itu ibarat segelas air hangat.

Teh kopi tetap saja disebut teh kopi walaupun penggunaan dosis gula dan kopinya berbeda-beda. Ibaratnya logika (kopi) dan hati (gula) yang disatukan dengan ukuran sebanding untuk dikocok dalam segelas air panas (hubungan kasih sayang) . Gula dan kopi seakan telah membentuk senyawa dalam segelas air sehingga senyawa itu menjadi sebuah minuman yang enak.

Dalam segelas minuman kopi, minuman itu tetap saja dibilang kopi walaupun bubuk kopi yang digunakan hanya seperempat sendok, setengah sendok, atau satu sendok penuh. Beda dengan gula, walau dimasukkan seperempat, setengah atau satu sendok penuh ke dalam gelas air panas yang  telah ada bubuk kopi didalamnya, tidak mampu mengubah nama minuman itu menjadi teh gula. Minuman itu tetap saja teh kopi.
Begitu halnya dalam hubungan, kalau hanya hati saja yang dijadikan patokan dalam menilai hubungan yang baik maka hati itu tidak akan sanggup melestarikan hubungan yang Anda jalani. Tapi kalau Anda pakai logika, walaupun sedikit saja logika itu dipakai, maka akan menciptakan hubungan yang harmonis. Nah apakah contoh logika dan hati dalam hubungan kasih sayang?.

Kembali ke cerita di atas, si gadis dan si lelaki telah menjalin hubungan kasih sayang. Pastinya hubungan itu terjalin dengan ungkapan rasa cinta, ucapan janji, bahkan hubungan itu telah diserahkan pada Sang Khalik agar berakhir indah. Namun si gadis tidak memakai logika bahwa lelaki yang ia cintai memang telah berjanji untuk bersama dengannya selamanya. Artinya dia telah memegang kata-kata janji, memegang rasa percaya sebelum dia mau menerima cinta dari si lelaki. Seandainya dia berpikir logis (logika), walaupun tidak ada kabar yang diterimanya, dia tetap yakin dan percaya si lelaki itu hanya mencintai  dirinya saja. Tetapi yang terjadi si gadis hanya mengandalkan hati. Dia anggap cinta yang ia cita-citakan berakhir indah kalau si lelaki itu tetap saja mengutarakan cinta, cinta dan cinta padahal sudah ada janji dan saling percaya serta perbuatan nyata yang lebih kuat dari segala ungkapan-ungkapan semata.

Kalau saja dia memegang logika dengan berkata “ aku percaya padanya, mungkin saja dia lagi sibuk, mungkin saja dia lagi capek, makanya nggak balas pesan ku” maka dia tidak akan terpengaruh pengalaman pahit atau kisah temannya yang merusak rasa percaya yang telah dijalin itu.
Mungkin benar kata Agnes Monica, “Cinta ini kadang-kadang tak ada logika”. Jadi mari berpikir positif, berpikir logis agar hubungan Anda langgeng hingga cita-cita yang terindah. Semangat anak muda.

NB : Tulisan ini hanyalah sebuah catatan inspirasi pribadi, kurang lebihnya mohon maaf. Bukan menggurui,  semoga layak dipublikasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menentukan Letak Astronomis suatu Wilayah pada Peta

Letak atau Lokasi suatu wilayah berdasarkan lintang dan bujur disebut dengan letak astronomis. Garis Lintang 0 0 disebut dengan garis Khatulistiwa (equator) yang membagi bumi menjadi bagian utara yang disebut dengan Lintang Utara (LU) dan bagian selatan yang disebut dengan Lintang Selatan (LS). Garis lintang menjadi dasar pembagian iklim yang didasarkan pada sudut datang matahari, sedangkan garis bujur 0 0 yang berada di kota Greenwich membagi belahan bumi menjadi belahan bumi Barat yang dikenal dengan Bujur Barat (BB) dan belahan bumi Timur yang dikenal dengan Bujur Timur (BT). Garis bujur 0 0 yang dipergunakan sebagai dasar pembagian waktu di berbagai wilayah (negara). Garis lintang dan bujur merupakan garis khayal artinya kita tidak menjumpai garis ini secara nyata di bumi. Garis Lintang kenampakannya horizontal, sedangkan Garis Bujur kenampakannya vertikal pada peta atau globe. Berdasarkan konsep Geografi, letak/lokasi terbagi dua yaitu letak absolut dan letak relat...

Menentukan Perbedaan Waktu antar Wilayah di Muka Bumi

Salam Geografi!! Saudara sekalian pasti pernah menonton siaran bola liga Inggris, Liga Spanyol atau Liga Eropa lainnya pada saat malam atau dini hari bukan?. Nah kalau kita bayangkan mengapa mereka main bola saat malam larut atau disaat kita di Indonesia sudah tertidur. Tentunya sebagai orang yang telah mempelajari geografi, tidak akan merasa heran lagi atau sudah memahami mengapa demikian. Bagi orang awam mungkin saja mereka berpikiran kalau memang pertandingan itu memang dilaksanakan pada jam saat menonton di Indonesia, padahal mereka itu main bola pada saat sore hari atau bukan larut malam. Dasar teorinya adalah Eropa berada pada belahan bumi Barat, sedangkan Indonesia berada pada belahan bumi Timur. Sehingga kalau di Indonesia malam hari, kemungkinan di Eropa Siang hari, demikian sebaliknya. Pada Postingan sebelumnya yaitu "menentukan letak astronomis suatu wilayah pada peta", telah disinggung mengenai garis lintang dan bujur.  Garis bujur menjadi dasar pembe...

Mengubah Skala Garis Menjadi Skala Angka

Topik tentang skala merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah peta. Gambaran permukaan bumi yang relatif luas dapat digambarkan di sebidang kertas karena diperkecil dengan menggunakan skala tertentu, tergantung berapa kali luas yang sebenarnya diperkecil dan seberapa besar peta yang akan digambar. Semakin kecil peta yang akan digambarkan maka skalanya akan semakin besar, demikian sebaliknya. Misalnya sebuah peta X yang akan diperkecil 4x skala nya akan lebih besar dibandingkan peta yang diperkecil 2x. Skala adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya/sesungguhnya di lapangan. Jadi dapat dirumuskan sebagai berikut : Untuk mencari jarak sebenarnya (JS) jika diketahui jarak pada peta (JP) dan skala (SK) adalah jarak pada peta dikali dengan penyebut skala. JS = JP x SK sedangkan mencari jarak pada peta (JP)  jika diketahui jarak sebenarnya(JS) dan skala (SK) adalah jarak sebenarnya dibagi penyebut skala. JP = JS/SK Skala yang sering dijumpai pada pe...